Facebook Blog Beriman

Mereka sangat istimewa disisi Allah

Betapa banyak orang bertaqwa yang menyembunyikan ketaqwaannya. Dan saat mereka meminta, Allah langsung mengabulkan permintaannya. Mereka tidak populer di mata manusia, tapi penghuni langit sangat mengenalnya dan merindukannya. Mereka tampak biasa di hadapan makhluk dunia, namun di sisi Penciptanya, mereka mendapat tempat istimewa... SubhanAllah...

Maafkan Anakmu Ayah

cintai dan sayangilah ibundamu...


Pada suatu hari ada seorang pemuda yang berniat membuang ibunya ke hutan, walau rasa sayang kepada sang ibunda msh membara di hati,, namun si ibu telah lumpuh dan mulai pikun. yg membuat si pemuda kesal, dengan membulatkan tekad .. Si pemuda tampak bergegas menyusuri hutan sambil menggendong ibunya tersebut. ,,,, pemuda berjalan sampai ke ujung hutan yg orang lain pun mungkin belum pernah memasuki nya,,, dengan harapan sang ibu tak tahu jalan pulang,, Si ibu yang kelihatan tidak berdaya berusaha menggapai setiap ranting pohon yang bisa diraihnya dan mematahkannya kemudian menaburkannya di sepanjang jalan yang mereka lalui. Sesampainya di dalam hutan yang sangat lebat, si anak menurunkan ibu tersebut dan mengucapkan kata perpisahan sambil berusaha menahan sedih karena ternyata dia juga tidak menyangka sanggup melakukan perbuatan ini. Justru si ibu yang tampak tegar, dalam senyumnya dia berkata “Anakku, aku sangat menyayangimu. Dari engkau kecil sampai dewasa aku selalu merawatmu dengan segenap cintaku. Bahkan sampai hari ini rasa sayangku tidak berkurang sedikit pun. wahai anak ku,,,,!! Tadi aku sudah menandai sepanjang jalan yang kita lewati dengan ranting-ranting kayu. Aku takut engkau tersesat, ikutilah tanda itu agar kau selamat sampai di rumah.” Demi mendengar kata-kata tersebut, si anak menangis dengan sangat keras, kemudian langsung memeluk ibunya dan kembali menggendongnya untuk membawa si ibu pulang ke rumah. Pemuda tersebut akhirnya merawat ibu yang sangat mengasihinya tersebut sampai akhir hayatnya....semoga bisa menjadi renungan buat kita semua...

Segelas Kebahagiaan

Kuncup kuncup Iman kembali merekah di bulan suci ini,tunas tunasnya telah terlahir kembali seiring berkembang dengan tumbuhnya kebahagian qolbu kita. Kerinduan hati kita menyambut Ramadhan adalah bukti hadirnya getaran Iman. Kebahagiaan itu terlahir dari... pohon Iman dibelantara dada kita, kuncup kuncup itu akan terus tumbuh dan menjelma dalam kelopak indah Ramadhan. Ramadhan yang akan berbuah Syurga. Subhanallah... " ღبِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيღ Saya mulai dengan salam dari Syurga, Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh. Semoga Kesejahtraan, Shalawat serta salam selalu tercurah kepada kekasih Allah Muhammad Rasulullah Shalallahu 'Alahi wassalam beserta keluarga, sahabat, dan pengikut yang setia dengan tuntunannya hinga akhir zaman. Ikhwahfillah FiRiddhotillah.. Kebahagiaan tidak akan pernah tertukar, karena itu Anugerah Nya. Kebahagiaan seseorang dengan se-gelas kopi dipagi hari, belum tentu sebanding dengan kebahagiaan direktur perusahaankopi yang memiliki ribuan gudang kopi ... Mungkin bapak direktur pemilik perusahaan kopi itu pagi ini malah sedang bingung dengan penjualannya yang rugi tahun ini, atau sibuk memikirkan karyawannya yang turun kejalan minta naik gaji hingga ia terlupa menikmati se-cangkir kopi yang ia buat di perusahaannya.. Seperti itulah kebahagiaan,.. Kita sering terobsesi dengan kebahagiaan besar yang belum kita capai dan terus berlariberupaya mengejarnya hingga melupakan kebahagiaan kebahagiaan kecil disekitar kita. Rasulullah saw bersabda; "Telah sukses orang yang beriman dan memperoleh rezeki yang kecil dan hatinya pun akan disenangkan Allah dengan pemberianNya itu". (HR. Muslim) Disenangkan Artinya, bahwa orang beriman akan diberi rasa gembira dengan rizki yang sedikit itu., Hingga mereka akan merasa bahagia dalam setiap suap nasi yang mereka terima dari Allah,dan mensyukurinya dengan mengucap hamdalah hingga nikmat itu terasa berkualitas. Acap kali kita mengira kebahagiaan akan terlahir saat kita terlepas dari cobaan yang saat ini mengguncang kehidupan kita, sampai kita terjebak didalamnya dan terus menanti gelombang ujian itu reda. Semantara tak kunjung hilang, silih berganti membungkam logika menerpa jiwa, menggoyang kokohnya keimanan...hingga manusia berkata, "Lelah... Apakah ini taqdir?" Padahal jika kita memaknai tentang arti dibalik ujian ujian yang ditebarkan dikehidupan ini ini, kita tidak akan menanti terlalu lama untuk berbahagia. Kita tidak akan menanti sampai dipuncak gunung yang kita daki untukmemandang keindahan yang kita bayangkan, mungkin saja dari puncak itu keindahan terhalang kabut tebal dengan udaranya yang beku? Lihatlah sekitarya. Dijalanan menuju puncak yang kita tuju, sebetulnya kita bisa menemukan keceriaan alam yang menyambut pagi, air yang berlomba berkejaran menuruni lembah, dedaunan yang melindungi kita, atau kicau burung yang menghibur kesedihan kita dengan ikhlas. Jujur, belakangan ini inbox email saya sering diserang pertanyaan pertanyaan yang serupa. Bernada setengah curhat dan padahal isinya keluhan: "Bunda... Kenapa ujian demi ujian, kepedihan demi kepedihan, dan penderitaan ini seperti tiadak akhir. Padahal sebisa mungkin saya telah berusaha bersabar dan terus berjalan diatas syariah.. saya shalat, saya dzikir, saya puasa... baca Qur'an....tapi kenapa tetap saja nafas ini sesak, jalanan ini seperti sempit..??" Saya biasanya hanya tersenyum ^_^ Apakah mereka kira saya ini orang penuh kebahagiaan dan tidak punya kesulitan hingga tulisan saya bertabur kebahagiaan? Tidak, hingga detik ini beban dipundak saya masih teramat berat, Namun saya tidak ingin mencemari tulisan ini dengan keluhan, karena nikmat bisa corat coret di facebook ini sendiri adalah atas kemurahan Nya yang seharusnya kita syukuri. Akhi, ukhti.. Saudaraku, saudariku.. Rasulullah saw bersabda; "Barangsiapa ridho dengan rezeki yang sedikit dari Allah maka Allah akan ridho dengan amal yang sedikit dari dia, dan menanti-nanti (mengharap-harap) kelapangan adalah suatu ibadah". (HR. Bukhari) Menanti nanti kelapangan dalam konteks diatas bisa kita terjemahkan; Bahwasannya lama-nya rintihan kita dalam do'a meminta kelapangan, rintihan kita selama dalam lembah penderitaan, dan penantian kita untuk meminta kesembuhan itu dihitung sebagai sebuah ibadah. Selama itu kita menanti... Selama itu, selama masa sulit itu, sepanjang jalanan kita dalam rintihan berdo'a meminta kelapangan itu dihitung ibadah! Banyangkanlah jika kesulitan itu terjadi sepanjang tahun atau bahkan bertahun tahun dalam keadaan sulit? Maka perkataan Rasulallah saw adalah benar, selama itu selama kita dalam kedaan tidak lapang itu waktu kita dicatatkan sebagai nilai ibadah! Namun ada satu hal yang perlu kita ketahui. Musibah yang menimpa kita, tidak selamanya dikategorikan ujian.. Bencana atau kesulitan tanpa hujung itu bisa saja berupa Adzab yang disegerakan di dunia, agar hukuman atas dosa dosa dan kelalaian kita lebih ringan dihari akhir kelak. Rasulullah saw bersabda: "Tiada seorang mukmin ditimpa rasa sakit, kelelahan (kepayahan), diserang penyakit atau kesedihan (kesusahan) sampai pun duri yang menusuk tubuhnya kecuali dengan itu Allah menghapus dosa-dosanya". (HR. Bukhari) Jika kita telah berjalan dalam jalanan yang lurus dan berusaha untuk memenuhi kewajiban kita sebagai Hamba Nya, maka rangkaian musibah musibah itu adalah berupa Ujian . Ujian adalah sebuah sequence, bagi mereka yang telah mengatakan "Aku beriman!". Kadar ujian pun sebanding dengan seberapa kokohnya dinding iman kita. Hingga orang orang sholeh ujiannya lebih berat, ia akan diuji hinga benar benar teruji. Jika kita tidak berjalan dalam jalanan yang lurus, Masih lalai dalam memenuhi kewajiban, dosa terus bertumpuk tanpa ada keinginan untuk menghapusnya dengan taubat, maka musibah itu bukan lagi Ujian tapi keberadaannya adalah ADZAB atau peringatan dari Allah. Rasulullah saw bersabda; "Besarnya pahala sesuai dengan besarnya ujian dan cobaan. Sesungguhnya Allah 'Azza wajalla bila menyenangi suatu kaum maka Allah akan menguji mereka. Barangsiapa bersabar maka baginya manfaat kesabarannya dan barangsiapa murka maka baginya murka Allah". (HR. Tirmidzi) Musibah itu adalah sentuhan lembut dari Rabbmu, adanya adalah bentuk kasih sayang Nya untuk mengurangi beban dosa kita, karena Allah maha tahu kita tidak akan mampu menahan Adzab Nya di akhirat kelak. Manusia memang cendrung pelupa, padahal mereka mengatakan dirinya ber-Iman. Tentu saja keimanan didada kita yang telah di ikrarkan mulut itu tidak akan dibiarkan begitu saja, keimanan itu akan terus di uji, dikokohkan dan dinaikan derajatnya melalui ujian ujian. "Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: " Kamikami telah beriman" , sedang mereka tidak diuji lagi?" (QS Al Ankabut : 2) Mari kita pahami lagi, Bahwassannya ujian itu akan terus menerus menerpa setiap jiwa selama jiwa itu hidup, baik berupa kesenangan atau kemelaratan..baik dalam tawa atau kesedihan.. baik dalam kondisi luhurnya ilmu atau kemiskinan ilmu, baik itu adalam nikmat nikmat atau bencana. Kesemuanya adalah rangkaian perencanaan Allah untuk menguatkan kita. Bukankah setiap gesekan itu pedih? Lalu dengan apalagi pisau itu akan tajam kalau tidak digesek? Gesekan itu adalah untuk mempertajam mata hati kita agar peka terhadap kehidupan ini, agar ingat bahwa kita semua akan kembali. Manusia memang cendrung ingat kepada RABBnya hanya ketika dalam keadaan terpojok, saat disana tidak ada kemungkinan untuk berlari. Seharusnya dari sini kita menyadari, mungkin saat kita sedang tenggelam dalam kesedihan dan terhimpit kesempitan itulah Allah sedang menyentuh kita untuk mengingat-Nya lagi.. Jangan iri dengan mereka yang hidup serba mudah dengan hartanya.. Karena itu tidak jaminan untuk kebahagiaan, yang kita butuhkan di dunia ini hanyalah tempat untuk berteduh dan sesuap makanan untuk menegakkan tulang punggung kita.. Kita kadang terus berlari sekuat tenaga mengejar sebuah titik yang kita bayangkan dengan berbagai target dan imaginasi, padahal apa yang kita cari setelah sukses itu adalah kebahagiaan dan ketenangan. Secara tidak sadar kita terus berlari dan berlari kearah yang berlawanan dengan kebahagiaan - kadang bahkan tidak peduli lagi dengan ketentuan ketentuan syariah - hingga tubuh ini melemah dan lelah, sementara kebahagiaan tak juga didapat. Tentu saja, sesuatu itu harus dengan ilmunya agar kita tidak tersesat. Allah itu maha adil, cukup keyakinan itu akan menentramkan kita jika kita pahami secara mendalam, karena kebahagiaan tidak akan tertukar. Jika kita beriman, dan bahagia dengan keimanan itu maka bersyukurlah dan beristiqamahlah.. Jika kita merasa telah beriman lalu tidak bahagia, maka jangan salahkan siapapun sebelum kita yakin kadar kesungguhan kita telah berada ditahap mana.. Karena Allah tidak membutuhkan keimanan kita, Keimanan itu adalah untuk kita sendiri, sebagai sebuah energi yang akan menguatkan kita. Sebagai cahaya yang akan menerangi hati kita dan menuntun langkah kita menuju RABBnya. Allah tidak membutuhkan iman kita, Allahlah yang menciptakan dan kemudian menganugerahkan rasa keimanan itu untuk menjadi lentera hati kita dan menerangi jalanan yang kita lewati agar terang benderang hingga kita menemui jembatan yang akan menghubungkan kita kepada kehidupan yang abadi dengan selamat. "Dan barang siapa yang berjihad, maka sesungguhnya jihadnya itu adalah untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari Semesta Alam". (QS Al Ankabut : 6) Semua terjadi karena Rahmat dan Kemurahan NYA semata. Abu Hurairah ra meriwayatkan dari Rasulullah saw bahwasannya Allah telah menciptakan RAHMAT itu sebanyak 100 bagian, satu bagian diturunkan kebumi dan 99 lagi ditahan. Dari satu Rahmat Nya itulah makhluk dibumi dapat saling mencintai, sayang-menyayangi, sehingga seekor binatang buaspun pasti mengangkat kakinya karena takut menginjak anaknya. Dan Allah akan menyempurnakan 99 RAHMATNYA itu dihari kiamat, disana Allah merahmati Hamba Hamba Nya yang ia Kehendaki... ==== Subhanallah.. Tak terasa, ramadhan telah dipelupuk mata...4 hari lagi menuju Ramadhan... Mari sambut Ramadhan dengan penuh Syukur, Segera hilangkan keresahan, lepaskan penat sambut Ramadhan dengan gema Takbir, Orang beriman selayaknya bahagia menyambut Ramadhan ALLAHUAKBAAR..!!

Pahamilah Arti Sikap Terpuji

1. Tawadu’
Tawadu’ adalah sikap merendahkan din dengan maksud menghindari kesombongan. Tawaduk sebagai kebalikan sifat sombong. Orang yang memiliki sifat tawaduk tidak akan bisa merasa lebih danipada yang lain. 0rang yang tawaduk tidak akan membanggakan dirinya dihadapan siapapun karena apa yang dimiliki adalah karunia Allah semata. Oleh karena itu apabila berilmu, orang yang tawadu’ tidak akan mau sombong karena ilmunya, tetap bergaul dengan orang yang kurang ilmunya. Apabila berharta maka ia mau bergaul dengan orang miskin. Apabila ia orang yang tampan atau cantik ia mau bergaul dengan lainnya. Apabila keturunan orang berpangkat, Ia mau bergaul dengan keturunan rakyat jelata, sehingga Allah mencintainya begitu juga manusia.
Allah akan memberikan pahala yang besar bagi orang tawadu’, sebagaimana firman-Nya

Artinya: “Sesungguhnya orang-o rang yang beriman dengan ayat-ayat Kami, adalah orang yang apabila diperingatkan den gan ayat-ayat Kami mereka menyungkur sujud bertasbih sorta memuji Tuhannya, sedang mereka tidak menyombongkan din”.
(QS. As Sajdah: 15)
Rasulullah saw bersabda:

Artinya: “Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadaku supaya bertawadu’, sehingga tidak ada seorangpun yang menyombongkan dirinya terhadap orang lath dan tidak ada seonangpun yang menganiaya terhadap orang lain”. (I-LR. Muslim,).
Tawadu’ bukan berarti renciah din. Rendah din merupakan sifat tercela kareha tidak percaya din. Orang yang rendah din tidak pernah merasa mampu berbuat sesuatu. Ia merasa kecil dihadapan orang lain sehingga tidak pernah maju.
2. Taat
Secara bahasa taat artinya patuh atau menurut. Sedangkan secara istilah taat artinya upaya untuk selalu mengikuti petunjuk Allah dengan cara melaksanakan perintah dan menjauhi segala larangan-Nya. Hukum taat kepada Allah adalah wajib. sehngga barang siapa yang ingkar kepada Allah adalah sangat berdosa. Ketaatan seseorang kepada Allah sangat tergantung kepada keimanannya, semakin kuat imannya maka semakin taat kepada Allah. Taat kepada Allah SWTjuga harus taat kepada Rasulullah. Firman Allah:

Artinya: “Wahai orang yang beniman! Taatilah Allah dan taatllah Rasul (Muhammad) dan ulul Amni (Pemegang Kekuasaan) di antara kamu ... (QS. An Nisa : 59)
Dalam Al Qur’an surat An Nisa ayat 69 disebutkan bahwa betapa mulianya orang-orang yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya dan ditempatkan oleh Allah beserta orang-orang yang dibeni nikmat yaitu para Nabi, Siddiqin, Syahidin, dan Shahilin.
3. Qanaah
Secara bahasa (etimologi) qanaah artinya cukup. Sedangkan secara istilah (terminologi) qanaah berarti merasa cukup dengan apa yang dimiliki dan menjauhkan din dan sifat ketidakpuasan/kekurangan.
Qanaah itu sifat sederhana dalam keadaan sempit maupun dalam keadaan lapang. Kekayaan dan kemiskinan bukan diukur dan banyak sedikitnya harta, tetapi terletak pada kelapangan hati untuk selalu sabar dan mensyukuri segala karunia yang diberikan Allah SWT.
Nabi Muhammad saw bersabda:
Artinya: “Bukanlah kekayaan itu lantaran banyaknya harta, akan tetapi kekayaan itu adalah kekayaan jiwa”. (H.R. Bukhari dan Muslim)
Qanaah bukan beranti menenima apa adanya dengan sikap malas, tetapi harus diiringi dengan usaha keras. Belajar yang rajin dan tekun merupakan usaha untuk meraih prestasi dan kesuksesan di masa depan. Orang yang qanaah akan bersikap: akan menenima apa yang ada dengan rela hati, selalu memohon kepada Allah SWT, bentawakal kepada Allah SWT dan tidak tengoda oleh tipu daya dunia.

4. Sabar
Secara bahasa sabar artinya tabah hati, tegar. Menurut ajaran Islam sabar adalah sikap teguh dalam menghadapi segala macam cobaan dan rintangan dengan tidak melupakan ikhtiar atau usaha. Orang yang sabar apabila berikhtiar mengalami kegagalan atau belum berhasil, tidak mengeluh dan tidak putus asa. Kegagalan akan dihadapi dengan berbaik sangka kepada Allah bahwa kegagalan itu ada hikmahnya. Demikian pula apabila mengalami musibah sakit, kematian anggota keluarga atau bencana alam, disikapi dengan sabar dan tawakal kepada Allah SWT, bahwa semua itu adalah cobaan imannya. Firman Allah SWT:

Artinya: “... dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan, dan dalam peperangan, mereka itulah orang-orang yang benar imannya dan mereka itulah
orang-o rang yang bertaqwa. “ (QS. Al Baqarah: 177)
Menurut sebagian ulama sabar dibagi menjadi tiga macam, yaitu:


1. Sabar ‘Ala Ta’at adalah sabar dalam menjalankan semua perintah Allah SWT. Misalnya shalat, puasa, zakat, haji, menuntut ilrnu, tawaciuk, qanaah, sabar, dan sebagainya.


2. Sabar Ala Ma’siyat adalah sabar dalam meninggalkan semua larangan Allah SWT. Misalnya: meninggalkan minuman keras, berjudi, menjauhi marah, dan sebagainya.


3. Sabar ‘Ala Musibah adalah sabar ketika menghadapi musibah atau cobaan yang menimpanya.
Misalnya kehilangan harta, dikurangi rezekinya, terkena banjir, bencana alam, dan sebagainya.
Orang yang sabar akan mendapat belas kasih Allah SWT, menciapat keberkatan yang sempurna mendapat rahmat dan Allah dan tergolong orang yang mendapat petunjuk. Firman
AIIahSWT:

Artinya: “Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”. (QS Al Baqarah: 153)


Contoh Perilaku täwadu’ taat, Qanaah, dan Sabar
Perilaku Tawadu’


Rahmat Aldi siswa yang pintar namun tidak sombong dengan kepintarannya. Ia rajin belajar dan tekun bekerja serta shalat lima waktu selalu dilakukan. Bergaul dengan siapa saja tiada membeda-bedakan yang pintar maupun yang kurang. Semua adalah merupakan temannya. Ia selalu ramah, menyapa siapapun yang pernãh dikenalnya, Iemah lembut, dan suka menolong.
6. Perilaku Taat
Aminah siswi yang taat kepada Allah, Rasul-Nya, dan kedua orang tuanya. Ia rajin shalat, melaksanakan perintah-penntah-Nya dan menjauhi larangan-Iarangan-Nya. Ia rajin membantu orang tua dan tidak pernah mengecewakan harapan-harapannya. Semua yang diperbuatnya
sebagai usaha untuk mencapai sesuatu yang dicita-citakan.

7. Perilaku Qanaah
Salim anak seorang pekerja yang berpenghasilan pas-pasan. Namun ia tidak pernah merasa kekurangan bahkan merasa cukup dan selalu bersyukur atas pemberian orang tuanya. Ia tak pernah rendah din, apalagi meminta-minta kepada orang lain. Ia merasa yakin bahwa Allah telah menentukan hasil usaha orang tuanya. Kemampuan manusia itu terbatas pada ikhtiar, sedangkan yang menentukan hasilnya adalah Allah SWT.
8. Perilaku Sabar
Semua Nabi mengalami ujian dan cobaan. Di antara mereka iang mengalami cobaan amat berat adalah Nabi Ibrahjm as. Beliau dicoba dengan berbagai ancaman, hinaan, dan siksaan dan orang kafir. Beliau pernah dibakar hidup-hidup. Berkat kesabaran dan keteguhan imannya, Allah SWT memberikan pertolongan, api tidak terasa panas baginya.


Membiasakan Perilaku Tawadu’, Taat, Qanaah, dan Sabar
9. Membiasakan perilaku tawadu’, taat, qanaah, dan sabar dalam Iingkungan keluarga.


Tawadu’, taat, qanaah dan sabar merupakan sikap terpuji yang sangat dianjurkan untuk dimiliki oleh setiap umat Islam baik lelaki ataupun wanita, oleh karena itu sikap tawadu’ perlu dikembangkan sejak dini dalam keluarga. Sikap merendahkan din dengan menundukkan kepala dengan penuh kesadaran sebagai hamba yang mempunyai asal yang sama dan selalu taat kepada Allah dan Rasul-Nya dengan menjalankan perintah dan menjauhi larangan, diajarkan dalam keluarga. Dalam keluarga perlu juga diajarkan sikap qanaah karena akan menjadikan tenang dan tentram sebab selalu merasa cukup terhadap pembenian Allah. Demikian pula sabar dalam taat, sabar dalam menjauhi maksiat ataupun sabar dalam menerima musibah.

10. Memblasakan perilaku tawadu’, taat, qanaah, dan sabar dalam Ilngkungan sekolah. Di lingkungan sekolah perilaku tawadu’, taat, qanaah dan sabar dalam lingkungan sekolah perlu dibiasakan bagi anak-anak dibiasakan berdoa sebelum belajar, menjalankan shalat dhuzur sebagal cerminan taat kepada Allah dan rasul-Nya. Mengerjakan shalat Dhuhur secara berjamaah, duduk dan berdiri dihadapan Allah SWT tanpa membedakan siapa di sampingnya semua adalah hamba yang bertaqwa. Siswa supaya bersabar dalam belajar, menahan lapar dan dahaga dalam hidup supaya banyak bersyukur kepada Allah atas nikmat karunia kesehatan yang telah diberikan Allah SWT.
11. Membiasakan perilaku tawadu’, taat, qanaah, dan sabar dalam Iingkungan masyarakat.
Berperilaku tawadu’, taat, qanaah, dan sabar tidak hanya terbatas hanya di rumah Juga ikut bekerja bakti untuk membersihkan lingkungan.